PEREMPUAN PENGHIBUR

Tepuk tangan masih membahana di seluruh ruangan. Decak kagum orang-orang, terutama para kaum adam khusunya sangat antusias sekali setelah menyaksikan kami para perempuan penari menunjukkan bakatnya. Aku sendiri merasa lega akhirnya berakhir juga pertunjukan ini. Satu tugas sudah aku selesaikan, satu kesenangan akan berakhir, berganti dengan kesenangan baru. Ah, tapi apa mungkin hal itu terjadi padaku? Terkadang aku ragu apakah ada kesenangan untukku, dari luar diriku terlihat sangat sempurna seperti riasan di wajahku namun hatiku selalu sakit. Berakhir dalam kepedihan abadi yang mengalir dalam darahku. Ketika aku kembali ke belakang panggung, banyak orang yang menyalami dan menungguku. Mereka memberi selamat karena tarianku bagus dan pertunjukkan berjalan dengan lancar. Aku bergegas membereskan kostum dan properti lainnya. Menyimannya di tempatku. Besok malam masih ada pertunjukan lagi dan mungkin hampir setiap malamnya akan selalu ada pertunjukkanlagi yang harus aku perlihatkan kepada mereka. Jadi, aku harus beristirahat yang cukup. Jangan sampai jatuh sakit, maka aku akan mendapatkan uang untuk membiayai hidupku dan keluargaku.
Ketika aku hendak keluar dari ruang kostum, tiba-tiba ada seorang lelaki berdiri di depan pintu menatapku dengan ekspresi sangat bangga sekali. Oh.. ternyata itu om bos. Ia langsung menghampiriku dan menyapaku.
“Rana,Rana, duh gadisku... penampilanmu sungguh memukau dan mempesona sekali. Hahaha..”kemudian Ia melirikku untuk melihat ekspresiku yang pada saat itu hanya terdiam saja”. Rana,ada apa? Kenapa kau terlihat tidak bahagia? Tapi ah.. sudahlah. Memang seperti itu kan sikapmu. Oia ini bayaranmu dan ada tambahan bonus pula untukku karena penampilanmu sangat menghibur semua orang. By the way, jangan lupa ya besok malam kau harus datang kembali untuk pertunjukan ini. Ok manis?” sambil menyerahkan amplop coklat itu kepadaku, lalu mencolek pipiku masih dengan tertawa. Tapi aku langsung menghindarinya. Padahal kalau kau lebih lunak, kau bisa mendapatkan lebih dari yang kau dapatkan sekarang ini.
“ha..ha..ha.. Rana, kau memang sulit untuk dijangkau.”om bos menipali sikapku, kemudian aku hanya bisa tersenyum kecut sambil menerima amplop coklat tersebut dari tangan si om. “oke om bos, besok saya pasti akan datang, walaupun dengan kaki terantai pun aku pasti datang om tenang saja”kataku sinis. Lalu, aku meminta diri untuk meninggalkan ruang tersebut dan pamit untuk pulang ke rumah.
Om bos adalah pemilik tempat pertunjukan malam dimana aku bekerja. Istrinya om bos adalah orang yang menawarkan aku pekerjaan ini, tentunya dengan kebohongan pada awalnya. Jika dipikir lagi, mana ada perempuan yang mau bekerja di bisnis malam seperti ini kalau tidak terpaksa. Mengenai namaku Rana, itu juga nama palsu yang diberikan om bos dan mami bos kepadaku. Tentu saja, semua perempuan yang ada di dalam bisnis ini juga menggunakan nama palsu. Rana, ehm, mungkin nama itu dipilih karena memang wajahku selalu terlihat merana. Padahal, nama asli yang diberikan kedua orang tuaku adalah larasati. Bukankah larasati adalah nama yang lebih indah daripada Rana? Duh.. ibu bapak bagaimana kabarmu sekarang? Hatiku rasanya tercabik-cabik jika mengingat mereka di kampung.
Malam semakin larut, aku masih berjalan di jalan yang sepi untuk pulang kerumah. Seringkali aku membayangkan hidup normal sebagaimana perempuan lainnya, yang mempunyai keluarga yang bahagia, tapi hal itu mungkin hanya bayangan semu semata saja. Mana ada orang tua yang setuju jika anak perjaka mereka menikah dengan wanita penghibur seperti aku ini. Banyak orang yang mengira, aku telah menjual tubuhku untuk mendapatkan uang karena pekerjaanku memang di malam hari. Sebenarnya aku masih tetap mempertahankan keperawananku. Memang waktu awal aku bekerja sebagai penari di klub malam om bos, banyak orang yang sering menawarkanku untuk mendapatkan kemolekan tubuhku. Tuhan masih baik padaku, karena dia masih mejagaku sampai sekarang ini.
Di ujung jalan yang gelap dan sepi, ada segerombolan pemuda yang sedang nongkrong-nongkrong di pinggir jalan. “neng, sendirian aja nih neng. Biar abang temenin ya?”sahut salah seorang pemuda itu. “cantik-cantik kok nggak ada yang nemenin. Biar sama abang aja sini, hehehe..”kata pemuda lainnya. Mereka berusaha mencolek dan memegang aku. Selalu saja malam-malam ku seperti ini. Digoda, dilecehkan oleh para laki-laki. Mereka menganggapku wanita murahan. Aku sendiri kadang merasa muak pada apa yang terjadi pada diriku. Menyesal, ehm… rasanya tidak ada kata yang dapat melukiskan hatiku. Mungkin ini sudah jadi jalan takdirku. Tapi aku juga ingin ada seseorang laki-laki yang dapat melihat aku apa adanya, yang tidak melecehkanku.
Aku hanya bisa pasrah dan berdoa pada Tuhan yang kuasa atas memegang kuasa atas diriku ini. Semoga aku diberikan yang terbaik oleh-Nya. Walaupun aku ini adalah seorang perempuan penghibur.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Equivalence in Translation

JENIS-JENIS GAYA BAHASA

EXAMPLES OF TRANSLATION PRINCIPLES